Senin, 30 September 2013

Waoww..... Sriwijaya pernah dipimpin Raja Muslim

Sriwijaya merupakan kerajaan Budha tertua dan terbesast di Nusantara. Namun sebagian warga Sriwijaya sudah banyak yang beragama islam, Sriwijaya juga menjalin hubungan yang begitu akrab dengan kekhalifahan islam di zaman Bani Umayah (661-750 M) dan Bani Abbasiyah (750-1256 M) serta Sriwijaya pernah dipimpin seorang raja muslim bernama Sri Indrawarman. dimasa kekuasaannya Sriwijaya dikenal sebagai "Kerajaan Sribuza yang Islam". Sebelum kedatangan imperialisme dan kolonialisme pasukan salib yang dipelopori Portugis dan Spanyol, hubungan antar pemeluk agama di Nusantara berjalan dengan amat baik. Orang-orang Islam yang terdiri dari para pedagang Arab dan beberapa penduduk pribumi Sumatera, bergaul dengan harmonis dengan umat Hindu yang diwakili para pedagang India, dan juga dengan umat Budha yang diwakili kerajaan Sriwijaya. Bahkan Sriwijaya memiliki hubungan resmi yang sangat erat dengan Daulah Islamiyah

Di masa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah, Daulah Islamiyah mengirim duta-duta resminya ke berbagai pusat peradaban di seberang lautan seperti Tiongkok dan Sriwijaya, yang dalam pengucapan lidah mereka disebutnya sebagai Zabaj atau Sribuza.
Di masa Sriwijaya sendiri tengah berada pada zaman keemasan. Wilayah kekuasaannya di utara merambah sampai Semenanjung Malaka, sedang di selatan hingga Jawa Barat. Salah satu bukti eratnya persahabatan antara Sriwijaya dengan Daulah Islamiyah adalah dengan adanya dua pucuk surat yang dikirimkan Raja Sriwijaya kepada khalifah Bani Umayyah. Surat pertama dikirim kepada Muawiyyah, dan surat kedua dikirim kepada Umar bin Abdul Aziz. Surat pertama ditemukan dalam lemari arsip Bani Umayyah oleh Abdul Malik bin Umayr, yang disampaikan kepada Abu Ya'yub Ats-Tsaqofi, yang kemudian disampaikan lagi kepada Al-Haytsam bin Adi. Yang mendengar surat itu dari Al-Haytsam menceriterakan kembali pendahuluan surat tersebut: "Dari Raja Al-Hind yang kandang binatangnya berisikan seribu gajah, (dan) yang istananya terbuat dari emas dan perak, yang dilayani putri raja-raja, dan yang memiliki dua sungai besar yang mengairi pohon gaharu, kepada Muawiyah. ...” Buzurg bin Shahriyar al Ramhurmuzi pada tahun 1000 Masehi menulis sebuah kitab yang menggambarkan betapa di zaman keemasan Kerajaan Sriwijaya sudah berdiri beberapa perkampungan Muslim. Perkampungan itu berdiri di dalam wilayah kekuasaan Sriwijaya. Hanya karena hubungan yang teramat baik dengan Dunia Islam, Sriwijaya membolehkan warganya yang memeluk agama Islam hidup dalam damai dan memiliki perkampungannya sendiri di mana di dalamnya berlaku syariat Islam. Jadi semacam, daerah istimewa.

Hubungan itu berlanjut hingga di masa kekuasaan Bani Umayyah dengan khalifahnya Umar bin Abdul Aziz (717-720 M). Ibnu Abdul al Rabbih secara lebih lengkap memuat korespondensi antara Raja Sriwijaya kala itu, Raja Sri Indravarman (Sri Indrawarman) dengan Khalifah Umar bin Abdul Aziz itu. keturunan seribu raja; yang beristeri juga cucu seribu raja; yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah; yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu nan harum, bumbu-bumbu wewangian, pala, dan kapur barusyang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil; kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Tuhan. Soya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekadar tanda persahabatan. Dengan setulus hati, say a ingin Anda mengirimkan kepada say a seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada say a dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya." Ini adalah surat dari Raja Sri Indrawarman kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang baru saja diangkat menggantikan Khalifah Sulaiman (715-717 M). Khalif Sulaiman merupakan khalifah yang memerintahkan Trariq Bin Ziyad membebaskan Spanyol. Pada masa kekuasaannya yang hanya selama dua tahun, Khalif Sulaiman telah memberangkatkan satu armada persahabatan berkekuatan 35 kapal perang dari Teluk Persia menuju pelabuhan Muara Sabak (Jambi) yang saat itu merupakan pelabuhan besar di dalam lingkungan Kerajaan Sriwijaya. Armada tersebut transit di Gujarat dan juga di Pereulak (Aceh), sebelum akhirnya memasuki pusat Kerajaan Zabag atau Sribuza (Sriwijaya).

Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga mengutus salah seorang ulama terbaiknya untuk memperkenalkan Islam kepada Raja Sriwijaya, Sri Indrawarman, seperti yang diminta olehnya. Tatkala mengetahui segala hal tentang Islam, Raja Sriwijaya ini tertarik. Hatinya tersentuh hidayah. Pada tahun 718, Sri Indrawarman akhirnya mengucap dua kalimat syahadat. Sejak itu kerajaannya disebut orang sebagai "Kerajaan Sribuza yang Islam". Tidak lama setelah Sri Indrawarman bersyahadat, pada tahun 726 M, Raja Jay Sima dari Kalingga (Jepara, Jawa Tengah), putera dari Ratu Sima juga memeluk agama Islam.

Data-data tentang Islamnya Raja Sriwijaya memang begitu minim. Namun besar kemungkinan, Sri Indrawarman mengalami penolakan yang sangat hebat dari lingkungan istana, sehingga raja-raja setelahnya kembali berasal dari kalangan Budha. H. Zainal Abidin Ahmad hanya mencatat: "Perkembangan Islam yang begitu ramainya mendapat pukulan yang dahsyat semenjak Kaisar-Kaisar Cina dari Dinasti Tang, dan juga Raja-Raja Sriwijaya dari Dinasti Syailendra melakukan kezaliman dan pemaksaan keagamaan."
Memasuki abad ke-14 M, Sriwijaya memasuki masa muram. Invasi Majapahit (1377) atas Sriwijaya menghancurkan kerajaan besar ini. Akibatnya banyak bandar mulai melepaskan diri dan menjadi otonom. Raja, adipati, atau penguasa setempat yang telah memeluk Islam kemudian mendirikan kerajaan Islam kecil-kecil. Beberapa kerajaan Islam di Utara Sumatera pada akhirnya bergabung menjadi Kerajaan Aceh Darussalam.

0 komentar:

Posting Komentar

Monggo meninggalkan komentar terbaik