Senin, 30 September 2013

Sejarah yang terlupakan, ISLAM ternyata AGAMA PERTAMA yang datang di INDONESIA hlo

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menerima wakyu pertama pada 610 M, lalu wahyu kedua pada kuartal pertama 613 M. tiga tahun kemudian berdakwah secara rahasia periode Arqam bin Abil Arqam (sampai sekitar kuartal pertama tahun 616 M) setelah melakukan dakwah secara terbuka dari Mekkah ke seluruh Jazirah Arab, lalu menyebar keseluruh pusat-pusat peradaban dunia, termasuk nusantara sejak masa sebelum masehi telah berhubungan dengan jazirah arab dan afrika.

100 M
Salakanagara merupakan kerajaan pertama yang ada di Nusantara. Buku Geographia karya Claudius Ptolomeus telah mencatat keberadaannya dan menamakannya Agryppa yang berarti perak. Menurut versi resmi, Aki Tirem mendirikan kerajaan ini dan Dewanagara sebagai raja pertamanya yang berasal dari India. Namun penelusuran Ridwan Saidi yang datang langsung ke berbagai situsnya meragukan jika Dewanagara dari India. "Berbagai peninggalan kerajan ini di Batu Jaya, Bekasi, tak terdapat kesan India sama sekali. ...Dewanagara adalah putera lokal yang kawin dengan puteri aki tirem. Di sini istilah-istilah Arab seperti alim, adat, kramat, dan kubur telah masuk. Kata-kata ini telah dikenal sebelum kedatangan Islam. Juga masuk kata-kata dewa dan raja (India). Saya amat terkejut, ragam hias Batu Jaya lebih mirip ornamen Timur Tengah, bukan India atau Tiongkok." Ini membuktikan pengaruh Arab telah ada di Jawa sejak abad pertama masehi. (Drs. H. Ridwan Saidi; Tinjauan Kritis Penyebaran Islam di Jakarta, Kepercajaan Penduduk Krajan Merlin Salakanagara Awalabad Masehi di Bekasi; Seminar Meluruskan Sejarah Islam di Indonesia, 28 Mei 2008; BEM IKIP Muhammadijah, Jakarta)

625 M
Sebuah dokumen kuno asal Tiongkok, Kitab Chiu Thang Shu, menyebutkan jika sekitar tahun 625 M 9,5 tahun setelah Rasulullah SAW berdakwah terang-terangan di pesisir pantai Sumatera, Barus (Barousai atau Fansur) sudah ditemukan sebuah perkampungan Arab Muslim lengkap dengan cikal bakal pesantren dan masjid. T.W. Arnold menyatakan Islam masuk ke Nusantara dibawa langsung oleh para mubaligh dari jazirah Arab sejak awal abad ke-7 M (The Preaching of Islam (Lahore: Ashraf 1968, hal.367). Pandangan ini diperkuat oleh Prof. Dr. HAMKA, Sejarawan Monash University MC. Ricklefs, dan lainnya.

651 M
Kitab Chiu Thang Shu juga menyebutkan jika Duta Tan mi mo ni' (sebutan Cina bagi Amirul Mukminin, sedangkan orang-orang Arab disebutnya Ta Shih) utusan Khalifah, telah mengunjungi Barus. Mereka menceritakan telah mendirikan Daulah Islamiyah dengan telah tiga kali berganti kepemimpinan. Diduga kuat, duta tersebut merupakan utusan dari Khalifah Utsman bin Affan (644-656 M). Ini terjadi hanya berselang duapuluh tahun setelah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam wafat (632 M).

904 M
Utusan-utusan dari Kerajaan Budha Sriwijaya ke istana Cina memiliki nama Arab {MC. Ricklefs; Sejarah Indonesia Modern 1200-2004; Serambi, 2007; hal.28)

977 M
Menurut laporan sejarah negeri Tiongkok, seorang duta Islam bernama Pu Ali (Abu AM) telah berkunjung ke Tiongkok mewakili sebuah negeri di Nusantara. (F. Hirth dan W. W. Rockhill (terj), Chau ]u Kua, His Work On Chinese and Arab Trade in XII Centuries (St.Petersburg: Paragon Book, 1966) hal. 159).

1082
Merupakan tanggal batu nisan seorang Muslimah bernama Fatimah bind Maimun yang dikuburkan di Leran, Gresik, Jawa Timur. Hal ini menyatakan jika Islam telah merambah Jawa Timur di abad ke-11 M. (SQ. Fatini; Islam Comes to Malaysia; Singapore, MSRI, 1963, hal.39).

1211
Adalah tahun yang terpahat di batu nisan Sultan Sulaiman bin Abdullah bin al-Basir di Lamreh. Ini menunjukkan Islam telah menjadi agama resmi di wilayah utara Sumatera.

1257
Kerajaan Islam Ternate didirikan oleh Baab Mashur Malamo. Ternate merupakan salah satu dari empat kerajaan Islam Maluku yakni Tidore, Bacan, dan Jailolo. Dua setengah abad kemudian barulah Katolik tiba di Maluku, disusul Protestan satu abad selanjutnya.

1297
Merupakan tahun yang terpahat pada batu nisan Sultan Malik As-Shaleh, Raja dari Kerajaan Samudera Pasai. Musafir Maroko, Ibnu Bautah yang melewati Samudera Pasai dalam perjalanannya ke dan dari Cina pada 1345 dan 1346 mendapati jika elit kerajaan merupakan pengikut madzhab fikih Syafii.

1368
Adalah tahun yang terpahat pada batu nisan di Trowulan, pusat Kerajaan Hindu Majapahit. Batu nisan ini berhias ayat-ayat Qur'an. Sejarawan Monas University, MC. Ricklefs mencatat: "Batu-batu Jawa Timur itu mengesankan bahwa beberapa elit Jawa memeluk Islam pada saat kerajaan Majapahit yang beragama Hindu-Budha itu sedang jaya-jayanya." (MC. Ricklefs; Sejarah Indonesia Modern 1200-2004; Serambi, 2007; hal.30-31). Trowulan merupakan wilayah yang terletak antara Mojokerto dan Jombang, bukan daerah pesisir. Hal ini membuktikan jika saat itu Islam telah masuk ke daerah pedalaman, pusat Majapahit, bukan lagi menjadi agama warga pesisir. Bahkan Rickelfs menulis, "...sudah ada bangsawan-bangsawan yang beragama Islam di istana Majapahit pada abad XTV" (h.37)

1413
Pelaut Muslim Cina, Ma Huan, mengunjungi pesisir Jawa dan melaporkan hanya ada tiga macam penduduk di Jawa: Orang Muslim dari Barat, orang Cina yang beberapa di antaranya telah memeluk Islam, dan orang Jawa penyembah berhala. Laporan Ma Huan ini dibukukan pada 1451 dengan judul Ying-Yai Sheng-lan atau "Tinjauan Umum tentang Pantai-Pantai Samudera" (MC Ricklefs; Sejarah Indonesia Modern 1200-2004; Serambi, 2007; hal.31)

1428
Syekh Quro alias Syekh Hasanuddin, penyebar Islam awal di Betawi dan Karawang, juga di sepanjang pesisir utara Jawa, mendirikan Pesantren Quro di Tanjungpura, Karawang. Syekh Quro diyakini dari Cempa, Kerajaan Islam Melayu Pattani, Thailand Selatan.

1512
Tome Pires, ahli obat-obatan dari Lisbon yang mengembara di Sumatera dan Jawa setahun setelah Portugis tiba melaporkan kondisi Islam di kedua pulau tersebut dalam bukunya yang terkenal "Suma Oriental". Pires menulis: "Di zaman itu, sebagian besar raja-raja Sumatera memeluk Islam. Mulai dari Aceh hingga Palembang. Namun di selatan Palembang dan ujung selatan Sumatera hingga pesisir Barat, sebagian besar penguasanya masih non-Muslim. Setiap hari, agama Islam selalu mendapatkan pemeluk-pemeluk baru di Sumatera." Pires juga mencatat, "Di sekitar muara sungai Cimanuk (Tataran Sunda) sudah terdapat komutlitas Islam, tetapi masih kecil."

1598
Pada 1596 Belanda mendarat di Banten. Dua tahun kemudian, Belanda menemukan sejumlah buku yang disebutnya sebagai Het Book van Mbonang. Ini merupakan satu-satunya literatur yang bisa dipegang validitas data dan otentifikasinya tentang sejarah Walisanga di Jawa. Belanda menggondol kitab ini dan menyimpannya di Perpustakaan Kerajaan di Leiden, sampai hari ini. Buku ini jadi sumber acuan utama para sosiolog, antropolog, dan sejarawan yang ingin menelusuri tentang Walisanga di abad ke-16 M.

1667
Sultan Hasanuddin mengobarkan jihad terhadap Belanda.

1817
Ahmad Lusy Patimura memimpin Mujahidin Ambon memerangi Belanda.

1821-1837
Pecah perang Paderi yang awalnya benturan antara Kaum Agama dengan Kaum Adat namun berubah menjadi perang besar yang berkepanjangan. Di akhir peperangan, kaum adat yang semula berseberangan dengan kaum Paderi memihak Paderi dan bersama-sama melawan kafir Belanda.

1825-1830
Pangeran Diponegoro memimpin perang Jawa. Sejarawan Belanda, Bernard HM. Vlekke sendiri menyatakan Perang Jawa adalah perang terbesar dan paling berbahaya yang pernah dihadapi Belanda di Nusantara saat itu.

1873
Tanggal 8 April, armada kapal perang Belanda berkekuatan lebih dari 30.000 pasukan menyerbu Aceh. Inilah awal perang kolonial di Aceh. Awalnya Belanda mengira mampu mengalahkan Aceh dengan mudah. Namun semangat jihad Muslim Aceh ternyata sangat tinggi. Tiga pekan setelah serangan tersebut, Belanda berhasil dipukul mundur kembali ke Batavia. Sejumlah perwiranya tewas di ujung rencong. Jenderal Kohler, salah satu panglima Belanda, tewas ditembak sniper Aceh tepat di halaman Masjid Raya Baiturahman, Kemenangan Aceh menginspirasikan pribumi bahwa orang-orang Barat bukanlah orang-orang super yang tidak bisa dikalahkan. Pada 9 Desember, Belanda kembali menyerang Aceh dengan kekuatan yang jauh lebih besar, Kali ini Belanda bisa mendarat di Aceh dan merebut daerah-daerah pesisir yang memang sengaja ditinggalkan Mujahidin Aceh. Pada 25 Desember 1873, Belanda merayakan Natal dengan menghujani Banda Aceh dengan tembakan meriam. Inilah kasih Natal bagi Muslim Aceh. Istana Kerajaan Aceh dan pusat kota Banda bisa diduduki Belanda, namun Belanda tidak pernah aman dari gerilya yang dilakukan Mujahidin Aceh sampai Jepang datang pada tahun 1942. (Anthony Reid; Asa/ Muasal Konflik Aceh, Dari Perebutan Pantai Timur Sumatera hingga Akhir Kerajaan Aceh Abad ke-19; YOI; Jakarta; 2005).

1907
Sisingamangaraja XII syahid bersatna putefinya yang bernama Lopian dalam suatu peperangan melawan pasukan Kapten Christoffel di Sumatera Utara.

Sumber:
www.facebook.com/Riwayat.Nusantara

3 komentar:

Monggo meninggalkan komentar terbaik